Senin, 11 Oktober 2010

History of Semarang

ImageSEMARANG, as the town highway and the Mother city of Central Java, has a long history. Originally from the plains of mud, which later evolved rapidly into the environmental progress and manifest themselves as an important city. As a big city, it absorbs a lot of newcomers. They are, then look for livelihood and settled in the city of Semarang until the end. Then one after another following the lives of the next generation. In the past, there was a prince of the sultanate of Demak named Madeleine with her son Raden Pandan Pandan Arang, leaving Demak go to Somewhere West region who later named the island Tirang, clearing forests and establishing boarding schools and Islamic religious broadcasting. From time to time that the more fertile areas, from the sidelines of the fertility that comes the trees are charcoal acid (Javanese: Asem Charcoal), thus giving the title or the name of that area became Hyderabad.
As a founder of the village, then became head of the local area, with a degree Kyai Pandan Arang Ageng I. After him, regional leaders, held by his son who holds Pandan Arang II. Under the leadership of Pandan Arang, Semarang area continued to show growth increases, so attracted the attention of Sultan Hadiwijaya and Display. Because the requirements of local improvement can be met, it was decided to make the level with the District of Semarang. Finally Pandan Arang by Sultan Pajang in consultation with the Sunan Kalijaga, also coincided with the commemoration of the Prophet Muhammad's birthday, the 12th of Rabi beginning of the year 954 H or coincide with the date May 2, 1547 AD, is crowned the first regent. On the "customary and political stand of Semarang city." Reign of Pandan Arang II shows the welfare and prosperity that can be enjoyed by residents. But those days could not last long because in accordance with the advice of Sunan Kalijaga, Regent Pandan Arang II resigned from the worldly life abundant. He left his post, leaving the city of Hyderabad with the family headed south past the Salatiga and Boyolali, finally came to a hill named jabalekat in Klaten district. This area, he became an announcer Islam and unify the southern part of Central Java and the title Sunan Tembayat. He died in 1553 and was buried atop Mount Jabalkat. After Regent Pandan Arang resign then replaced by Raden Ketib, Prince Kanoman or Pandan Arang III (1553-1586), then followed by subsequent replacement of Mas R. Tumenggung Tambi (1657-1659), Mas Tumenggung Wongsorejo (1659 - 1666), Mas Tumenggung Prawiroprojo (1966-1670), Mas Tumenggung kestrel (1670-1674), Kyai Mertonoyo, Kyai Tumenggung. Yudonegoro or Kyai Duke Suromenggolo (1674 -1701), Raden Raden Maotoyudo or Summmgrat (1743-1751), Marmowijoyo or Sumowijoyo or Sumonegoro or Surohadmienggolo (1751-1773), Surohadimenggolo IV (1773 -?), Duke Surohadimenggolo V or Kanjeng Terboyo ( ?), Raden Tumenggung Surohadiningrat (? -1841), Putro Surohadimenggolo (1841-1855), Mas Ngabehi Reksonegoro (1855-1860), RTP Suryokusurno (1860-1887), RTP Reksodirjo (1887-1891), RMTA Purbaningrat (1891 - ?), Raden Cokrodipuro (? -1927), RM Soebiyono (1897-1927), RM Amin Suyitno (1927-1942), RMAA Sukarman Mertohadinegoro (1942-1945), R. Taruna Soediyono Kusumo (1945-1945), only lasted a month, M. Soemardjito Priyohadisubroto (1946, 1949 to 1952 of the Government of the Republic of Indonesia) during RIS administration of federal pemerintahann RM.Condronegoro appointed Regent until 1949. After recognition of the sovereignty of the Netherlands, handed over to the office of Regent M. Sumardjito. His successor is R. Oetoyo Koesoemo (1952-1956). His position as Regent of Semarang no longer take care of the city but take care of the area outside the city of Semarang. This occurred as a result of Semarang as perkembangnya Township.

In 1906 with Stanblat Number 120 was established in 1906 Gemeente Government. The government of this great city is headed by a Burgemeester (Mayor). Government System is held by the Dutch ended in 1942 with the Japanese occupation government datangya. During the Japanese government was formed in Semarang who headed the Military (Shico) from Japan. Accompanied by two representatives (Fuku Shico) each from Japan and a nation of Indonesia. After Indonesian independence was proclaimed on 17 August 1945, the local government of Semarang has not to carry out their duties because of the occupation of the Netherlands. In 1946 the British on behalf of the Allies handed over to the city of Semarang Belanda.Ini occur on stairs l6 May 1946. June 3, 1946 with deceptive muslihatnya, the Netherlands menaiigkap Mr. Sudjahri priest, the mayor of Semarang before the proclamation of independence. Shortly after independence, the date 15 to October 20, 1945 there was a heroic event Semarang youths who fought the Japanese army who insisted on not willing to surrender to the forces of the Republic. This struggle is known as the Battle of Five Days. During the period of Dutch occupation there are no local government of Semarang city. Narnun the fighters in the field of government still running the government in rural areas or refugee area outside the city until December 1948. evacuation areas moving from the city Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, and finally in Yogyakarta. Government leaders in a row held by R Broken, R. Prawotosudibyo and Mr. Ichsan. Dutch occupation government, known as Recomba trying to reshape the Gemeente like the days of colonial rule first under the leadership of R Slamet Tirtosubroto. It did not work, because in the recovery of sovereignty should be handed to the Commander KMKB Hyderabad in February 1950. First date April 1950 Major Suhardi, Commander KMKB. hand over the leadership of local governments to Mr Koesoedibyono Hyderabad, a high official of the Interior Ministry in Yogyakarta. He recast the government officials in order to facilitate the running of the government. Since 1945 the mayor who led the major cities of Semarang who later became the Township and eventually became the city of Semarang is as follows:
1. Mr. Moch.lchsan
2. Mr. Koesoebiyono (1949 - 1 July 1951)
3. RM. Hadisoebeno Sosrowardoyo (July 1, 1951 - January 1, 1958)
4. Mr. Abdulmadjid Djojoadiningrat (7Januari 1958 - January 1, 1960)
5. RM Soebagyono Tjondrokoesoemo (January 1, 1961 - April 26, 1964)
6. Mr. Wuryanto (25 April 1964-1 September 1966)
7. Lieutenant Colonel. Soeparno (1 September 1966 - March 6, 1967)
8. Lieutenant Colonel. R. Warsito Soegiarto (March 6, 1967 - 2 January 1973)
9. Colonel Hadijanto (2Januari 1973 - January 15, 1980)
10. Kol. H. Soeparto Tjakrajoeda Imam SH (January 15, 1980 - 19 January 1990)
11. Colonel H. Soetrisno Suharto (19Januari 1990-19 January 2000)
12. H. Sukawi Sutarip SH. (January 19, 2000-19 July 2010)
13. Drs. Soemarmo HS. (July 19, 2010-present)
SEMARANG,sebagai kota raya dan lbu kota Jawa Tengah, memiliki sejarah yangpanjang. Mulanya dari dataran lumpur,yang kemudian hari berkembangpesat menjadi lingkungan maju dan menampakkan diri sebagai kota yangpenting. Sebagai kota besar, ia menyerap banyak pendatang. Mereka ini,kemudian mencari penghidupan dan menetap di Kota Semarang sampai akhirhayatnya. Lalu susul menyusul kehidupan generasi berikutnya. Di masadulu, ada seorang dari kesultanan Demak bernama pangeran Made Pandanbersama putranya Raden Pandan Arang, meninggalkan Demak menuju kedaerah Barat Disuatu tempat yang kemudian bernama Pulau Tirang, membukahutan dan mendirikan pesantren dan menyiarkan agama Islam. Dari waktuke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itumuncullah pohon asam yang arang (bahasa Jawa: Asem Arang), sehinggamemberikan gelar atau nama daerah itu menjadi Semarang.


Sebagaipendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelarKyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegangoleh putranya yang bergelar Pandan Arang II. Di bawah pimpinan PandanArang, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yangmeningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dan Pajang.Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskanuntuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten. Akhirnya PandanArang oleh Sultan Pajang melalui konsultasi dengan Sunan Kalijaga, jugabertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12rabiul awal tahun 954 H atau bertepatan dengan tanggal 2 Mei 1547masehi dinobatkan menjadi Bupati yang pertama. Pada tanggal itu "secaraadat dan politis berdirilah kota Semarang" . Masa pemerintahan PandanArang II menunjukkan kemakmuran dan kesejahteraan yang dapat dinikmatipenduduknya. Namun masa itu tidak dapat berlangsung lama karena sesuaidengan nasihat Sunan Kalijaga, Bupati Pandan Arang II mengundurkan diridari hidup keduniawian yang melimpah ruah. la meninggalkan jabatannya,meniggalkan Kota Semarang bersama keluarga menuju arah Selatan melewatiSalatiga dan Boyolali, akhirnya sampai ke sebuah bukit bernamajabalekat di daerah Klaten. Didaerah ini, beliau menjadi seorangpenyiar agama Islam dan menyatukan daerah Jawa Tengah bagian Selatandan bergelar Sunan Tembayat. Beliau wafat pada tahun 1553 dandimakamkan di puncak Gunung Jabalkat. Sesudah Bupati Pandan Arangmengundurkan diri lalu diganti oleh Raden Ketib, Pangeran Kanoman atauPandan Arang III (1553-1586), kemudian disusul pengganti berikutnyayaitu Mas R.Tumenggung Tambi (1657-1659), Mas Tumenggung Wongsorejo(1659 - 1666), Mas Tumenggung Prawiroprojo (1966-1670), Mas TumenggungAlap-alap (1670-1674), Kyai Mertonoyo, Kyai Tumenggung. Yudonegoro atauKyai Adipati Suromenggolo (1674 -1701), Raden Maotoyudo atau RadenSummmgrat (1743-1751), Marmowijoyo atau Sumowijoyo atau Sumonegoro atauSurohadmienggolo (1751-1773), Surohadimenggolo IV (1773-?), AdipatiSurohadimenggolo V atau kanjeng Terboyo (?), Raden TumenggungSurohadiningrat (?-1841), Putro Surohadimenggolo (1841-1855), MasNgabehi Reksonegoro (1855-1860), RTP Suryokusurno (1860-1887), RTPReksodirjo (1887-1891), RMTA Purbaningrat (1891-?), Raden Cokrodipuro(?-1927), RM Soebiyono (1897-1927), RM Amin Suyitno (1927-1942), RMAASukarman Mertohadinegoro (1942-1945), R. Soediyono Taruna Kusumo(1945-1945), hanya berlangsung satu bulan, M. SoemardjitoPriyohadisubroto (tahun 1946, 1949 - 1952 yaitu masa PemerintahanRepublik Indonesia) pada waktu Pemerintahan RIS yaitu pemerintahannfederal diangkat Bupati RM.Condronegoro hingga tahun 1949. Sesudahpengakuan kedaulatan dari Belanda, jabatan Bupati diserah terimakankepada M. Sumardjito. Penggantinya adalah R. Oetoyo Koesoemo(1952-1956). Kedudukannya sebagai Bupati Semarang bukan lagi mengurusikota melainkan mengurusi kawasan luar kota Semarang. Hal ini terjadisebagai akibat perkembangnya Semarang sebagai Kota Praja.

Padatahun 1906 dengan Stanblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah PemerintahGemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester(Walikota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belandaberakhir pada tahun 1942 dengan datangya pemerintahan pendudukanJepang. Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yangdi kepalai Militer (Shico) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil(Fuku Shico) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsaIndonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan tanggal 17Agustus 1945, pemerintahan daerah Kota Semarang belum dapat menjalankantugasnya karena pendudukan Belanda. Tahun 1946 lnggris atas nama Sekutumenyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda.Ini terjadi pada tanggal6 Mei 1946. Tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihatnya, pihak Belandamenaiigkap Mr. Imam Sudjahri, walikota Semarang sebelum proklamasikemerdekaan. Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarangyang bertempur melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidakbersedia menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan inidikenal dengan nama Pertempuran Lima Hari. Selama masa pendudukanBelanda tidak ada pemerintahan daerah kota Semarang. Narnun parapejuang di bidang pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerahpedalaman atau daerah pengungsian diluar kota sampai dengan bulanDesember 1948. daerah pengungsian berpindah-pindah mulai dari kotaPurwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta.Pimpinan pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R Patah,R.Prawotosudibyo dan Mr Ichsan. Pemerintahan pendudukan Belanda yangdikenal dengan Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeenteseperti dimasa kolonial dulu di bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto.Hal itu tidak berhasil, karena dalam masa pemulihan kedaulatan harusmenyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950.tanggal I April 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB. menyerahkankepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr Koesoedibyono,seorang pegawai tinggi Kementrian Dalam Negeri di Yogyakarta. Beliaumenyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannyapemerintahan. Sejak tahun 1945 para walikota yang memimpin kota besarSemarang yang kemudian menjadi Kota Praja dan akhirnya menjadi KotaSemarang adalah sebagai berikut :
1. Mr. Moch.lchsan
2. Mr. Koesoebiyono (1949 - 1 Juli 1951)
3. RM. Hadisoebeno Sosrowardoyo ( 1 Juli 1951 - 1 Januari 1958)
4. Mr. Abdulmadjid Djojoadiningrat ( 7Januari 1958 - 1 Januari 1960)
5. RM Soebagyono Tjondrokoesoemo ( 1 Januari 1961 - 26 April 1964)
6. Mr. Wuryanto ( 25 April 1964 - 1 September 1966)
7. Letkol. Soeparno ( 1 September 1966 - 6 Maret 1967)
8. Letkol. R.Warsito Soegiarto ( 6 Maret 1967 - 2 Januari 1973)
9. Kolonel Hadijanto ( 2Januari 1973 - 15 Januari 1980)
10. Kol. H. Imam Soeparto Tjakrajoeda SH ( 15 Januari 1980 - 19 Januari 1990)
11. Kolonel H.Soetrisno Suharto ( 19Januari 1990 - 19 Januari 2000)
12. H. Sukawi Sutarip SH. ( 19 Januari 2000 - 19 juli 2010)
13. Drs. Soemarmo HS. (19 Juli 2010-sekarang)


sumber http://www.semarang.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar