Dibesarkan di keluarga yang semua anggotanya beragama Kristen,  Markus yang merupakan anak dari pasangan Julius Ririhina, dan Yenny  Rosmawati, banyak memperoleh gambaran mengenai agama Islam dari  keluarga pihak ibu. ”Ibu saya awalnya Islam. Sejak menikah dengan ayah,  Ibu berganti kepercayaan mengikuti kepercayaan ayah,” tutur pemilik  nama lengkap Markus Horison Ririhina ini.
Menurut  Markus, kedekatan, dan keakraban yang ia miliki dengan kerabat dari  pihak ibu, membuat Markus sejak kecil sudah tidak asing lagi dengan  hal-hal yang berbau Islam, seperti shalat, puasa, dan mengaji. ”Sejak  duduk di sekolah dasar, saya sering menghabiskan liburan sekolah dengan  berkunjung ke rumah saudara dari pihak ibu yang tinggal di Aceh. Dari  situ, saya sering ikut mereka ke masjid. Tidak benar-benar masuk sih,  tapi yah saya banyak memperoleh gambaran tentang Islam, dan shalat dari  situ,” cerita ‘Penjaga Gawang Terbaik’ versi gelaran Liga Indonesia  musim 2007-2008 yang lalu ini.
Pada tahun 2004, ketika ia berusia 25 tahun, Markus mendapatkan  hidayah dari Allah SWT, dan akhirnya memutuskan untuk memeluk agama  Islam. ”Saya memutuskan untuk masuk Islam, tanpa ada paksaan dari  siapapun. Jadi, ini benar-benar keinginan saya sendiri,” tuturnya.  Semenjak menjadi muallaf, Markus memiliki nama lain yang lebih  bernafaskan Islam, yaitu Muhammad Haris. Namun, ia lebih sering  menggunakan nama aslinya, karena memang ia telah lebih dulu dikenal  dengan nama Markus Horison.
Keputusan Markus untuk menjadi muallaf bukannya tanpa rintangan. Di  masa-masa awal perjalanannya memeluk Islam, ayah beserta ketiga  kakaknya menentang keputusan tersebut. ”Awalnya tentu mereka semua  merasa keberatan. Hal tersebut wajar, dan saya sangat bisa mengerti.  Tapi, pada akhirnya mereka menyadari bahwa saya sudah cukup dewasa dan  bisa menentukkan jalan hidup yang saya rasa terbaik untuk saya  sendiri,” ujar Markus yang setia dengan model rambut bergaya plontos  ini.
Sebagai satu-satunya muslim di keluarga, membuat Markus terbiasa  beribadah sendirian. Di kala bulan Ramadhan tiba, Markus biasa sahur,  berbuka, menjalankan tarawih, dan merayakan lebaran Idul Fitri dan Idul  Adha sendirian. ”Awalnya memang berat, tapi hal tersebut harus saya  jalani,” kata Markus. Meskipun begitu, atlet yang ikut memperkuat tim  Sumatera Utara pada pagelaran PON XVI di Palembang pada 2004 lalu ini,  mengaku tetap senang, dan bahagia menjalaninya.
Menurutnya, dalam menjalani agama yang ia anut sebelumnya, dengan  yang ia anut kini, Markus tidak menemukan adanya sebuah perbedaan yang  teramat besar. ”Buat saya sebenarnya semua agama tidak terlalu berbeda.  Semuanya mengajarkan kita untuk selalu ingat kepada Tuhan. Hal  terpenting sebenarnya hanyalah bagaimana kita menjalankan kewajiban  kita sebagai umat beragama,” lanjutnya.
Kebersamaan, dan dukungan sejak awal ia menjadi muallaf, justru  diperoleh Markus dari rekan-rekannya di kesebelasan PSMS Medan yang  kebanyakan beragama Islam. ”Saya sering shalat, belajar, dan bertanya  hal-hal seputar Islam kepada mereka,” cerita Markus. Ramadhan pertama  yang harus ia lalui pun bersamaan dengan kewajiban Markus menjalani  latihan bersama dengan rekan-rekan satu klubnya. ”Haus bukan halangan,  karena puasa itu kan kewajiban,” tegas Markus yang mengidolakan  Rasullulah SAW ini.
Pengalamannya berpuasa pada Ramadhan pertamanya juga merupakan salah  satu pengalaman paling berkesan yang ia rasakan semenjak menjadi  muallaf. Pada tahun pertamanya berpuasa, ternyata ia mampu menjalankan  ibadah puasa, tanpa ada bolong satu haripun.
”Rasanya saya tidak percaya bahwa saya bisa, karena pada hari-hari  biasa saya termasuk orang yang paling tidak tahan lapar. Ternyata saya  memang bisa, dan bahagianya saya ketika akhirnya berhasil mencapai Hari  Kemenangan,” kenang Markus.
Kini, memasuki tahun keempatnya sebagai seorang muslim membuat  Markus kian rajin mempelajari seluk beluk dunia Islam. Ia kerap  membaca, dan mempelajari sendiri buku mengenai Islam yang ia beli untuk  memperluas pengetahuan keislamannya. Buku-buku panduan shalat, dan  berbagai buku bacaan doa pun sering ia beli untuk menyempurnakan  ibadahnya. ”Saya biasanya membaca tulisan latinnya saja, karena memang  bacaan arab saya masih kurang lancar,” akunya.
Sedikit-sedikit Markus pun belajar untuk menjalankan berbagai ibadah  Sunnah seperti belajar berpuasa Senin-Kamis. Seperti juga kebanyakan  umat muslim lainnya, memiliki harapan untuk dapat menginjakkan kaki di  rumah Allah (menunaikan ibadah haji) hari nanti. ”Pastilah sebagai  muslim saya ingin sekali bisa menjalankan ibadah umroh, ataupun haji.  Selain itu, masih begitu banyak hal yang harus saya lakukan untuk  menyempurnakan keislaman saya, seperti memperlancar belajar mengaji,”  ujarnya. (ci2/sya/republika)
 
 Nama lengkap : Markus Horison Ririhina
Nama Muslim : Muhammad Haris
Tempat, Tanggal lahir : Pangkalan Brandan, Medan, 14 Maret 1981
Orang Tua : Ayah = Julius Ririhina
Ibu = Yenny Rosmawati (Almh)
Anak ke : 4 (bungsu) dari empat bersaudara
Tinggi Badan : 186 cm
Berat Badan : 75 Kg
Posisi : Penjaga Gawang
Klub Sekarang : PSMS Medan
Klub remaja : Diklat PPLP Sumatra Selatan (1998-2000)
Klub profesional :
- (2000-2001) : PSL Langkat
- (2001-2002) : Persiraja Banda Aceh
- (2002-2003) : PSKB Binjai
- (2003-2008) : PSMS Medan
- (2008) : Persik Kediri
- (2008-Sekarang) : PSMS Medan
Karier di Timnas: (2007-Sekarang)
Debut Timnas : Indonesia vs Korea Selatan di Piala Asia di Jakarta (0-1)
      Prestasi :
- 2004 : Juara Turnamen Piala Emas Bang Yos Bersama PSMS Medan
- 2005 : Juara Turnamen Piala Emas Bang Yos Bersama PSMS Medan
- 2006 : Juara Turnamen Piala Emas Bang Yos Bersama PSMS Medan
- 2006 : Pemain Terbaik Piala Emas Bang Yos
- 2007-2008 : Penjaga Gawang Terbaik versi Liga Indonesia
- 2007-2008 : Runner Up Liga Indonesia (PSMS Medan)
- 2008 : Juara Piala Kemerdekaan 2008 melawan Libya (3-1, Libya WO)
- 2008 : Runner Up Grand Royal Challenge 2008 di Myanmar (3-1).

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar